indonesia ragaku merah putih jiwaku

Pernah dengar kata hobbit gak? itu tuh makhluk kerdil yang ada di film lord of the ring yang sejak peluncurannya telah menarik perhatian khalayak ramai.film yang di angkat dari novel karya J.J.R Tolkiens menceritakan tentang cincin ajaib yang harus di hancurkan karena keberadaanya begitu berbahaya. Cincin tersebut di titipkan kepada frodo Baggins, seorang Hobbit yang berukuran sepinggang manusia. Terus Percaya gak kamu kalau Hobbit itu benar-benar ada?

Hari itu tempat parkir di Doba Corniche-Qatar tampak barbeda dengan tempat parkir lainnya. Bukan hanya mobil yang berjejer di parkiran itu, Melainkan puluhan manusia yang berkerumun memperhatikan sesuatu.
sesuatu itu adalah sesosok makhluk kerdil yang berwujud aneh.
Awalnya seorang wanita yang pertama kali melihat makhluk itu didekat sebuah patung di kawasan itu. Keterkejutan wanita saat melihat makhluk itu, menarik perhatian orang disekitarnya. Akhirnya semua orang di situ ikut melihat makhluk itu. Namun tiba-tiba makhluk itu melarikan diri. dan hilang dari pandangan mata ketika orang-orang itu menc0ba mendekatinya. Untungnya seseorang sempat mengabadikan sebelum dia sempat melarikan diri.

Kisah di atas dilansir dari pemberitaan Gulf Times sekitar 1 bulanyang lalu, tepatnya pada hari kamis (23/4/2009) Dan makhluk kecil aneh itu men dapat julukan Al Watan oleh penduduk Qatar. Belakangan orang mulai menghubungkan makhluk itu dengan Hobbit. Legenda makhluk kerdil yang hidup di masa lampau.

Hobbit di kerinci


Bicara tentang Hobbit tentu tak terlepas dari indonesia. Karena di negara yang kita cintai ini, terdapat beberapa bukti keberadaan makhluk kerdil tersebut. Di akhir tahun 2008, dua antopolog berkebangsaan Rusia meninggalkan indonesia. Meraka keluar dari indonesia membawa bukti-bukti penelitian.
Termasuk foto-foto misteri penemuan manusia kerdil di taman nasional Kerinci Seblat, sumatera barat.
helen Von Sternberg dan oleg aligev, dua peeliti asal rusia yang katanya menemukan sang Hobbit di lakasi taman nasional itu.

Keduanya membawa pergi banyak informasi penting, termasuk foto-foto spesies unik itu ke negeri nya. Padahal mengacu etika akademik, semestinya mereka melaporkan terlebih dahulu temuan menarik itu ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI)

Kepala pusat penelitian Pranata pembangunan Universitas Indonesia (UI), S Budi santoso, menyatakan bahwa pihaknya sempat meminta untuk mencegat kedua warga rusia itu di bandara Soekarno Hatta.
Sterenberg dan aligev untuk berkonsultasi padanya. Mereka mengacu telah menemukan satu spesies unik di daerah kerinci seblat dan ingin menggali informasi lebih banyak.
"mereka langsung datang dari kerinci dan datang ke kantor saya" tutur budi.

Dari penuturan keduanya, budi menduga spesies unik itu adalah manusia sadepa. sejenis makhluk berperawakan kerdil yang sejak lama menjadi mitos didaerah kerinci seblat.
Ciri-ciri spesies ini, seperti dituturkan peneliti rusia tadi, antara lain berukuran tubuh kecil(tinggi badan kurang dari 100cm). Kulit wajah halus tanpa kumis, dan tidak memiliki lekukan di bagian bawah mulutnya. diduga manusia kerdil itu masih berumur sangat muda. kedua warga rusia ini mengaku menemukan manusia kerdil ini bersama penduduk setempat.
Sang Hobbit langsung mati ketika di tangkap.
"kemungkinan ia mengalami shock" kata budi.
Hingga kini belum di peroleh informasi terbaru soal jasad si manusia kerdil.

"Mulanya strenberg dan aligev berencana menunjukan gambar-gambar sang Hobbit. Namun mereka lupa membawanya dan berjanji menunjukan di lain waktu" kata budi.
Jika benar penemuan manusia sedepa ini terbilang cerita yang sangat menarik.

Manusia sadepa sejauh ini cuma menjadi mitos bagi penduduk di barat dan utara sumatera.
Sang manusia kerdil di kabarkan pernah d tangkap oleh raja aceh lebih dari seratus tahun lalu di daerah gunung leuser, aceh.

Banyak peneliti dari dalam dan luar negeri yakin, Indonesia merupakan surga bagi species-species manusia unik yang bersembunyi di belantara bumi nusantara.

beberapa tahun lalu juga sempat terbesik kabar penemuan manusia kerdil di daerah Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), jember, jawa timur.
tinggi manusia kerdil itu diperkirakan 80cm dengan panjang telapak kaki dari tumit hingga ibu jari sekitar 9,7cm dan lebar tapak kaki 3,2 cm. Penduduk setempat menamainya si Siwil.


Floresiensis Timbulkan Perdebatan

Pada tahun 2003 di temukan tengkorak kecil dari spesies yang mendekati manusia di pulau flores, indonesia. Ukuran dari tengkorak itu setengah dari ukuran tengkorak manusia.
diperkirakan spesies ini adalah jenis manusia kerdil dari masa lampau. Spesies ini di beri nama Homo Floresiensis karena di temukan di flores.

Dari temuan tengkorak itu, peneliti memperkirakan tubuh makhluk itu hanya setengah dari tubuh manusia biasa. Tinggi mereka hanya 60-120cm, dengan rata-rata 100 cm. Tengkorak yang di temukan di Liang Bua, salah satu gua di flores, dinyatakan sebagai species baru yang mendekati manusia. Beberapa peneliti menyatakan mereka hidup pada 17.000 tahun yang lalu.

Perdebatan mengenai spesies ini terus berlanjut. Pada tahun 2007, di temukan bantahan mengenai Homo floresiensis adalah manusia, karena struktur tulang spesies ini berbeda dengan struktur tulang Homo sapiens (manusia modern).

Prof Dr Teuku Jacob, Guru besar bidang antropologi Universitas Gajah Mada juga mengajukan bantahan. Sependapat dengan Robert Beckhardt dari Penn state University, Menurutnya fosil itu berasa dari tulang orang katai Flores yang menderita penyakit mikrosefali yaitu bertengkorak kecil dan berotak kecil.

Pendapat itu di liris dalam jurnal Proceeding Of Royal Society B: Biological Sciences, pada bulan maret 2008, menyatakan bahwa faktor penyebab kerdil karena kekurangan gizi.


Manusia Jenis Baru

Namun penemuan para ilmuwan baru-baru ini menepis keraguan itu. Ilmuwan menemukan lebih banyak bukti bahwa kerangka Hobbit asal Flores , Indonesia merupakan spesies baru manusia.

dalam jurnal ilmiah Nature, Terdapat 2 buah hasil karya penelitian yang mendukung bukti bahwa kerangka Hobbit yang di perkirakan menjelajah Flores hingga 8.000 tahun lalu itu merupakan species baru manusia, demikian keterangan yang di kutip dari BBC News, kamis (7/5/2009). Tim arkeologi kembali menemukan makhluk mungil dengan tinggi 1 meter dan berat 30 KG ini di Gua Liang Bua Kepulauan Flores.
Mereka menduga populasi makhluk kerdil ini termasuk kedalam spesies Homo floresiensis yang terpisah dari kelompok Homo sapiens.

Menurut mereka Hobbits adalah keturunan spesies manusia jaman pra sejarah bernama Homo Erectus Yang tinggal di asia tenggara lebih dari satu juta tahun lalu.
Selama bertahun-tahun selama proses seleksi alam tubuh mereka berevolusi menjadi bentuk yang lebih kecil. Namun beberapa Ilmuwan beragumen bahwa Hobbit memiliki masa otak berukuran seperti otak sinpanse yaitu hampir 400 kubik cm sepertiga dari ukuran otak manusia modern.

Studi terbaru yang dilakukan Dean Falk dan kawan-kawan dari Florida State University, manusia Flores merupakan manusia jenis baru . Analisa Profesor Falk menggunakan 1o tengkorak manusia normal, sembilan tempurung kepala penderita microcephaly, satu manusia kerdil dan tengkorak Hobbit. Bentuk otak dapat di ketahui lewat tengkorak itu.

Falk bersama anggota timnya memasukan model 21 tengkorak itu kedalam komputer. Falk dan rekanya melakukan kajian "virtual endocast" dengan pemodelan tiga dimensi, yang menampilkan citra bentuk otak, corak alur permukaan otak, pembuluh darah pada otak, dan kelengkungan otak. Penelitian dilakukan dengan membandingkan model tiga dimensi otak penderita microcephaly. hasilnya, sama sekali tidak menampakan ciri otak manusia yang mengidap microcephaly.

"kami punya jawaban untuk orang orang yang menduga bahwa hobbit itu mengidap microchephaly " kata Falk, yang juga ketua Departemen Antropologi Florida State Univercity. Dia mengatakan, otak Hobbit tidak seperti penderita microcephaly. Bahkan dia lebih cerdas dari yang diduga.



Dari berbagai Sumber dan koran harian global

HA IPB, Bogor. Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan rupanya masih penasaran dengan susu formula yang diduga mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii (E-Sakazakii). Untuk memastikan hasil penelitian adanya susu berbakteri tersebut, kemarin, gubernur mendadak ke Kampus IPB Dramaga meminta penjelasan langsung dari para peneliti.
Selama satu jam lebih Danny bersama rombongan mendengarkan penjelasan peneliti mengenai bakteri E-Sakazakii yang meresahkan tersebut. Dia didampingi Walikota Bogor Diani Budiarto, Rektor IPB Herry Suhardianto dan para peneliti IPB.
Peneliti IPB Sri Estuningsih mengatakan, bakteri E-Sakazakii sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, khusunya yang lahir prematur. Karena dapat menyebabkan kerusakan mulai pencernaan hingga sel syaraf otak, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Menurutnya, penelitian awal terhadap susu bayi dilakukan tahun 2003. Saat itu diambil sampel susu yang dalam kemasannya tertera waktu kadaluarsa yang masih lama. Kemudian saat penelitian tahun 2004, sampel susu diambil pada tahun yang sama, yakni diproduksi sebelum Agustus. Begitupula penelitian tahun 2006, sampel yang diambil adalah susu dan produk makanan bayi sekitar April 2006.
Kendati E-Sakazakii sangat berbahaya, namun kata Sri dapat dihindari dengan mengikuti prosedur cara menyajikan susu yang benar. Pertama, susu dipanaskan hingga mencapai 72 derajat kemudian didinginkan selama 15 menit, dikocok dan diminumkan.

“Kita tidak mungkin menyebutkan merek susu-nya tapi semua merk susu punya potensi yang sama. Tapi selama penyajiannya benar, bakteri ini tidak berbahaya,” ungkap Sri di hadapan Gubernur.

Selain Sri, peneliti lainnya, Ratih Dewanti juga menjelaskan bahwa bakteri E-Sakazakii pada susu formula tidak berbahaya bila masyarakat dapat melakukan penyimpanan dan pembuatan secara benar.
Usai pemaparan, Gubernur meminta masukan peneliti IPB untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai bahaya E-Sakazakii, menyusul berbagai aksi dan protes dari masyarakat yang menilai pemerintah apriori dan tidak tegas. “Masyarakat ini sudah sangat cemas dan resah dengan isu E-Sakazakii, karena menyangkut makanan bayi,” ujarnya.

Gubernur meminta isu ini jangan berlarut-larut karena akan memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Pemprov Jabar akan bekerjasama dengan IPB melalui dinas kesehatan untuk melakukan sosialisai mengenai penyajian formula susu agar aman dan terhindar dari bakteri E-Sakazakii. “Saya puas dengan penjelasn IPB dan ke depan kami akan membuat sosialisasi kepada masyarakat agar mengerti dan tidak resah lagi,” ujarnya.

Sosialisai itu akan ditempuh dengan membuat poster-poster dan pesan-pesan kesehatan. Nantinya poster itu akan disebarkan ke setiap daerah di Jawa Barat. Poster tersebut akan menjelaskan bagaimana menyajikan susu formula agar aman dikonsumsi bayi.

Pemprov pun akan segera membuat kerjasama dengan IPB untuk mensosialisasikan rencana itu. “Kita sudah dapatkan kepastian dari kasus bakteri E-Sakazakii yang telah diteliti ahli IPB. Kita akan segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam waktu seminggu,” pungkasnya.(dra/pkl3)

sumber : situs alumni IPB.

Oleh : Dr Widodo Judarwanto SpA
PICKY EATERS CLINIC & KLINIK ALERGI ANAK
RUMAH SAKIT BUNDA JAKARTA

HA IPB, Bogor. Penemuan para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya Enterobacter Sakazakii (E sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup menghebohkan masyarakat. Temuan ilmiah berharga ini ternyata disikapi oleh sikap tidak etis dan tidak professional oleh pejabat departemen kesehatan. Temuan itu dianggap ada maksud tertentu karena disponsori oleh pihak ke tiga. Bahkan selanjutnya pejabat departemen kesehatan dan BPOM (Balai Pengawasan Obat dan makanan) dengan gagahnya mengatakan bahwa susu bayi aman untuk dikonsumsi. Benarkah susu formula bayi aman dikonsumsi? Benarkah temuan peneliti IPB tersebut? Susu formula manakah yang bermasalah?

Sebenarnya temuan peneliti IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut, mungkin tidak terlalu mengejutkan. Karena, USFDA (United States Food and Drug Administration) telah melansir sebuah penelitian prevalensi kontaminasi susu di sebuah negara terhadap 141 susu bubuk formula didapatkan 20 (14 persen) kultur positif E. sakazakii.

Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara sebenarnya WHO (World Health Organization), USFDA (United States Food and Drug Administration) dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sehingga di bagian perawatan bayi NICU (Neonatal Intensive care Unit), USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur yang rentan terjadi infeksi bakteri itu. Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banyak dan relatif mahal harganya.

Bakteri pencemar susu

E. sakazakii pertamakali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa Negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia tetapi risiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Kanada. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9,4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1,5>

Pada penelitian tahun 2007, beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taksonomi dengan menggunakan cara lebih canggih didapatkan klasifikasi alternatif dengan temuan genus baru yaitu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies. Dengan menggunakan kultur jaringan diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demikian banyak susu terkontaminasi tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut. Bukan hanya bakteri E. sakazakii, ternyata masih banyak bakteri lain yang masih dapat hidup di dalam susu bubuk formula. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan berbagai jenis salmonella lainnya.

Meskipun infeksi karena bakteri E. sakazakii sangat jarang, tetapi dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa, di antaranya adalah neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosefalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat), dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing. Secara umum, tingkat kefatalan kasus (case-fatality rate) atau risiko untuk dapat mengancam jiwa berkisar antara 40-80 persen pada bayi baru lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat karena penyakit ini.

Infeksi otak yang disebabkan karena E. sakazakii dapat mengakibatkan infark atau abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan kista, gangguan persarafan yang berat dan gejala sisa gangguan perkembangan. Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang. Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling berisiko untuk mengalami infeksi ini. Meskipun juga jarang bakteri patogen ini dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii untuk bertahan hidup pada suhi 58 C dalam proses pemanasan rehidrasi susu formula. Sedangkan gejala infeksi oleh bakteri yang mengkontaminasi susu yang lain tidak berbeda jauh dalam mengganggu saluran cerna seperti diare, muntah, demam dan sebagainya

Rekomendasi aman

Melihat beberapa fakta ilmiah tersebut tampaknya berbagai pihak harus arif dan bijak dalam menyikapi kekawatiran ini. Pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan dan BPOM harus menyikapi secara profesional dengan melakukan kajian ilmiah mendalam baik secara biologis, epidemiologis, dan pengalaman ilmiah berbasis bukti (evidence base medicine). Jangan terburu-buru mengemukakan rekomendasi sebelum kajian tersebut secara ilmiah telah terbukti aman.

Masyarakat awam tentunya juga jangan terlarut oleh psikologi masa yang sedang heboh. Cermati benar informasi yang diterima dan fakta yang benar. Sebelum ada rekomendasi resmi yang berbasis ilmiah dari pemerintah sebaiknya sementara masyarakat menganut rekomendasi WHO, USFDA dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril.
Sedangkan orangtua tetap waspada dan tidak perlu kawatir berlebihan ternyata temuan tersebut juga pernah dilaporkan oleh USFDA tetapi tidak terjadi kasus luar biasa. Karena mungkin sebagian besar adalah kuman non patogen atau yang tidak berbahaya. Individu yang berisiko terkena adalah bayi berat badan lahir rendah, prematur dan manusia dengan daya tahan tubuh yang rendah lainnya. Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko infeksi tersebut adalah cara penyajian susu bubuk formula untuk bayi dengan baik dan benar.

Masyarakat tidak perlu sibuk mencari produk susu mana yang tercemar. Berdasarkan rekomendasi WHO produk susu komersial bubuk formula memang tidak steril, sehingga semua susu berisiko tercemar. Tetapi tidak perlu khawatir, hal ini dapat disikapi dengan dengan pemanasan air di atas 70 derajat Celcius, tetapi bukan dengan air mendidih. Sedangkan di bagian perawatan bayi NICU, direkomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur dan berat badan lahir rendah yang rentan terjadi infeksi.

Rekomendasi lain di antaranya adalah menyajikan hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setiap kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susu formula terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan “hang time” atau waktu antara kontak susu dengan udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut meningkatkan risiko pertumbuhan mikroba dalam susu.

Terlepas dari berbagai kontroversi tersebut sebaiknya pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan dan BPOM harus bertindak cepat dan profesional sebelum terjadi gejolak kegelisahan yang hebat dan korban yang memakan jiwa di masyarakat. Sejauh ini belum ada rekomendasi resmi yang disampaikan oleh instansi yang berwenang dalam menyikapi masalah ini. Sebaiknya nantinya institusi tersebut mengeluarkan rekomendasi resmi berdasarkan kajian ilmiah yang dalam dan cermat. Jangan sampai sikap terburu-buru mengakibatkan kekeliruan dalam mengeluarkan rekomendasi. Rekomendasi yang tidak tepat akan mempertaruhkan jutaan nyawa anak Indonesia. Sehingga tidak ada salahnya, masyarakat sementara tetap mengacu rekomendasi institusi kesehatan internasional bahwa susu-susu bubuk formula bayi memang bukanlah produk komersial yang steril.

sumber : situs alumni IPB