indonesia ragaku merah putih jiwaku

Tempat pemasangan.
Mau dipasang dimana? Kalau dipasang di belakang sebuah podium dan terbaca selalu oleh audien boleh-boleh saja. Tapi kalau dijalan protokol (umumnya di situ, bukan?) sebaiknya coba dekati ke pola 3 kata; Subjek, Predikat, Objek jelas.

Pemilihan warna. Pilihan warna yg umum digunakan pada spanduk.
Kontras lebih baik. Warna kain, di-invert dapatlah warna tulisan
Warna dasar RGB, pasti lebih mudah bila sebagai tulisan (minor) & menyulitkan bila digunakan sebagai background (mayor).

Tulisan berwarna biru biasanya membuat mata pedih bila kalimat banyak & tulisan kecil
Putih itu bukan warna, jadi memutihkan background berwarna sebaiknya dihindari
Jauhi warna-warna yg banyak di sekitar lokasi pemasangan.
Misalnya; spanduk hijau bertuliskan kuning di antara rindangnya pepohon sebuah taman.

Cermati pilihan katanya. Kata-kata yang digunakan sebaiknya tidak terlalu banyak. Kata-kata yang digunakan cukup 12 Kata. Lebih mudah mengingat kata-kata yang sedikit terlebih dahulu.
–coba saja: anak TK diajari Pancasila, dia akan lebih mudah menginggat sila ke-tiga “Persatuan Indonesia”, ketimbang sila-sila lainnya.

“Mari Kita Wujudkan Negara Yang Aman, Damai, Tentram Dan Bebas Dari Sampah.”

Kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.

Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk setara

Penggabungan 2 kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar/sederajat. Berdasarkan kata penghubung (konjungsi), kalimat majemuk setara dibagi menjadi 5 macam, yakni:

Kalimat Majemuk Setara Penggabungan: Menggunakan kata penghubung `dan`
Kalimat Majemuk Setara Penguatan: Menggunakan kata penghubung`bahkan`
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan: Menggunakan kata penghubung `atau`
Kalimat Majemuk Setara Berlawanan: Menggunakan kata penghubung `tetapi`, `sedangkan`, `melainkan`
Kalimat Majemuk Setara Urutan Waktu: Menggunakan kata penghubung `kemudian`, `lalu`, `lantas`

Kalimat majemuk bertingkat

Penggabungan 2 kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Kalimat, dari bahasa Arab, adalah satuan lingusitik terkecil yang bisa berdiri sendiri. Dalam bahasa Latin disebut sintaks atau sintaksis

dalam linguistik, kalimat : satuan dari bahasa /arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yg memiliki pesan atau tujuan dan diakhiri dengan intonasi final.

Pengertian Kalimat & Unsur Kalimat
Kalimat: gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian & pola intonasi akhir
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK

Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :

- kris John adalah Pemenang Tinju Indonesia yang pertama.
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi.
- The Virgin sedang konser tunggal di pantai karnaval ancol yang sejuk dan indah

Hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) adalah istilah yg mula - mula dimunculkan oleh almarhum Sutan Takdir Alisjahbana.
Hukum DM itu sendiri memang merupkan salah satu sifat utama bahasa Indonesia
Sebuah frasa, terdiri atas unsur utama yg diikuti oleh unsur penjelas.
Ada jg bentuk susunan sebaliknya yaitu MD, tetapi jumlahnya agak terbatas.
Konstituen pembentuk frasa itu pun bermacam-macam, boleh nomina, verba, adjektiva, pronomina, dan sebagainya.

Kita lihat contoh berikut ini:
NN : kandang kuda
NAdv : anak kemarin
NPron : anak saya
NFrPrep : rumah di bukit
NAd : rumah besar
VAdv : pergi lama
NPron : anak itu
NV : rumah makan

Baik kata pertama (yang diterangkan) maupun kata kedua (yang menerangkan) dapat terdiri dari kelas kata apa saja: nomina, verba, dan sebagainya.
Juga bukan terdiri atas kata - kata sederhana (simple word), namun dapat juga atas kata - kata turunan (complex words).
Misalnya: pertimbangkan hati nurani, ketenangan pikiran, kesederhanaan & penampilan.

Konstituen menerangkan yg terdiri atas adverbia, frasa preposisi & numeralia terletak mendahului konstituen utama yg diterangkannya.
Misalnya: belum dewasa, sudah pergi, di pasar, dari sekolah, lima anak, tiga buah patung.

Arti atau makna yang ditimbulkan oleh paduan kedua unsur frasa itu dapat bermacam - macam seperti terlihat pada contoh berikut:

NV : rumah makan, kamar tidur (untuk tempat)
NAd : rumah baru, rumah sederhana (bersifat)
NN : padang pasir (yang tediri dari), buku bacaan (untuk di)
VAd : makan besar, tidur nyenyak (bersifat)
AdAd : biru muda, hitam manis (bersifat)
NumN : lima hari, seratus orang (menyatakan jumlah) dan sebagainya.

Melihat contoh di atas, bahwa dalam membentuk frasa, kita pada umumnya menyusunnya seperti itu, yaitu pokok, yang utama, yang diterangkan kita letakkan di depan, sedangkan keterangan / penjelasannya kita letakkan sesudah unsur pokok itu.
Inilah yang ditonjolkan oleh istilah Hukum DM itu.

Di sinilah kita lihat perbedaan antara bahasa Indonesia (jg bahasa lain yg termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa yg tergolong dalam rumpun Indo-German seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris.
Dalam bahasa itu susunannya adalah MD, yaitu konstituen penjelasnya.

Misalnya: schoolbuilding (Inggris) `bangunan sekolah`, gouverneurkantoor (Belanda) `kantor gubernur`.
Ada pula yg menanyakan apakah seorang wanita yang menjadi dokter disebut wanita dokter wanita?
Perhatikan: wanita dokter ialah `wanita yang menjadi dokter`, sedangkan dokter wanita ialah `dokter yg keahliannya ialah penyakit-penyakit yang diderita oleh wanita; bandingkan dengan.

Contoh:
dokter anak dan anak dokter
dokter kandungan dan kandungan dokter
wanita pencuri dan pencuri wanita
wanita penipu dan penipu wanita.